Pertanyaan:
Ustadz, mohon penjelasan tentang sifat tangan bagi Allah. Apakah benar bahwa Allah memiliki tangan? Bukankah ini termasuk tajsim (menyamakan Allah dengan makhluk)?
Jawaban:
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ash-shalatu wassalamu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in, amma ba’du.
Ahlussunnah mengimani bahwa Allah ta’ala memiliki nama-nama yang Husna (paling indah) dan sifat-sifat yang ‘ula (paling tinggi). Allah ta’ala berfirman yang artinya:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al-A’raf: 180).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan Allah subhanahu wa ta’ala memiliki Asma’ul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalah-artikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (QS. al-A’raf: 180).
Dan Ahlussunnah mengimani semua nama-nama dan sifat-sifat Allah yang ada dalam Al-Qur’an dan hadits yang shahih apa adanya sesuai dengan makna hakikinya yang layak bagi Allah ta’ala. Tanpa menolaknya dan tanpa menyerupakan Allah dengan makhluk. Ini adalah akidah seluruh ulama Ahlussunnah tanpa ada perselisihan.
Dari Walid bin Muslim rahimahullah (wafat tahun 195 H), dia berkata,
قال سألت مالك بن أنس و سفيان الثوري و الليث بن سعد و الأوزاعي عن الأخبار التي جاءت في الصفات فقالوا أمروها كما جاءت بلا كيف
“Aku pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas, Sufyan Ats-Tsauri, Al-Laits bin Sa’d, Al-Auza’i tentang dalil yang berbicara tentang sifat-sifat Allah. Lalu mereka semua memerintahkan untuk mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa membagaimanakannya” (Syarhus Sunnah Al-Baghawi, hal 177/I).
Ibnu Abdil Barr rahimahullah mengatakan:
أهلُ السُّنَّةِ مُجمِعون على الإقرارِ بالصِّفاتِ الواردةِ كُلِّها في القُرآنِ والسُّنةِ، والإيمانِ بها، وحمْلِها على الحقيقةِ لا على المجازِ، إلَّا أنَّهم لا يكَيِّفون شيئًا من ذلك، ولا يَحُدُّون فيه صفةً محصورةً
“Ahlussunnah sepakat untuk menetapkan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah semuanya, dan mengimani semuanya, serta memaknainya secara hakiki bukan secara majas. Namun Ahlussunnah tidak mendeskripsikan sifat-sifat tersebut sama sekali dan tidak membatasi dengan sifat-sifat tertentu” (At-Tamhid, 7/145).
Imam Malik rahimahullah berkata:
إيَّاكم والبِدَعَ، قيل: وما البِدَعُ؟ قال: (أهلُ البِدَعِ هم الذين يتكَلَّمونَ في أسْماءِ اللهِ وصِفاتِه وكَلامِه وعِلْمِه وقُدرتِه، ولا يَسكُتونَ عَمَّا سَكَت عنه الصَّحابةُ والتَّابِعونَ لهم بإحسانٍ
“Jauhilah bid’ah!”. Lalu ada yang bertanya, “Wahai Abu Abdillah (Imam Malik), bid’ah itu apa?”. Beliau menjawab, “Ahlul bid’ah adalah orang-orang yang berbicara masalah nama Allah, sifat Allah, kalam Allah, ilmu Allah dan qudrah Allah, namun mereka berkata-kata dalam hal tersebut yang tidak pernah dikatakan oleh para sahabat dan tabi’in” (Ahadits fi Dzammil Kalam, karya Al-Muqri’, hal. 82).
Menetapkan Nama dan Sifat Allah Tidak Berarti Menyerupakan Allah dengan Makhluk
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan bahwa orang-orang yang menolak untuk menetapkan sifat-sifat Allah apa adanya akan terjerumus pada dua kebatilan:
Pertama, secara tidak langsung mereka menuduh bahwasanya ayat-ayat Al-Qur’an itu kontradiktif. Karena sebagiannya menetapkan sifat-sifat bagi Allah termasuk sifat tangan, mata dan kaki. Dan sebagiannya menafikan keserupaan Allah dengan makhluk. Jika menetapkan sifat-sifat di atas termasuk tajsim, maka sama saja menuduh Al-Qur’an kontradiktif.
Kedua, adanya kesamaan nama atau sifat pada dua hal tidak berkonsekuensi dua hal tersebut sama dan serupa. Contohnya Anda melihat dua orang A dan B yang sama-sama mendengar, melihat dan berbicara. Namun tidak berarti pendengaran A dan B sama, tidak berarti penglihatan A dan B sama, tidak berarti kemampuan bicara A dan B sama. Jika demikian perbedaan yang terjadi pada dua makhluk, maka perbedaan antara makhluk dengan Allah lebih besar lagi (Nubdzah fil Aqidah al-Islamiyah, hal. 27-28).
Maka jelas bahwa menetapkan nama dan sifat Allah apa adanya secara hakiki, bukanlah menyerupakan Allah dengan makhluk. Nu’aim bin Hammad rahimahullah mengatakan:
من شبه الله بخلقه فقد كفر، ومن جحد ما وصف الله به نفسه فقد كفر، وليس ما وصف الله نفسه ورسوله تشبيهاً
“Siapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, maka ia kufur. Siapa yang menolak menetapkan sifat yang Allah tetapkan untuk dirinya, maka dia kufur. Namun menetapkan sifat yang Allah tetapkan untuk diri-Nya atau ditetapkan oleh Rasul-Nya, bukanlah menyamakan Allah dengan makhluk” (Syarah Ushul I’tiqad Ahlissunnah karya Al-Lalikai, 3/532).
Sifat Tangan bagi Allah
Demikian juga tentang sifat tangan bagi Allah. Al-Qur’an, hadits-hadits yang shahih dan ijma’ ulama menyatakan Allah ta’ala memiliki sifat tangan. Maka wajib kita mengimaninya apa adanya sesuai yang ada di dalam Al-Qur’an dan hadits shahih, dengan makna tangan yang layak bagi keagungan Allah, dan tanpa mendeskripsikan bagaimana tangan Allah. Dan menetapkan sifat tangan bagi Allah sama sekali tidak termasuk menyerupakan Allah dengan makhluk.
Dalil-dalil Al-Qur’an yang menunjukkan sifat tangan bagi Allah di antaranya, Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ ۚ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا ۘ بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ
“Dan orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu.” Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, padahal kedua tangan Allah terbuka lebar; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki” (QS. Al-Maidah: 64).
Allah ta’ala berfirman:
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ
“Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku (yaitu Adam). Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?” (QS. Shad: 75).
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman tangan-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan” (QS. Az-Zumar: 67).
Allah ta’ala berfirman:
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Mahasuci Allah yang di tangan-Nya lah (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu” (QS. Al-Mulk: 1).
Allah ta’ala berfirman:
قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Katakanlah, “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan segala sesuatu. Dia melindungi, dan tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab-Nya), jika kamu mengetahui?”” (QS. Al-Mukminun: 88).
Allah ta’ala berfirman:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu lah semua kebaikan. Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. Ali Imran: 26).
Allah ta’ala berfirman:
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ
“Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan tangan-tangan Kami, lalu mereka menguasainya?” (QS. Yasin: 71).
Adapun dalil-dalil dari hadits lebih banyak lagi. Di antaranya, hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
يمينُ الرحمن ملأى سحَّاءُ لا يغيضُها اللَّيلَ والنَّهارَ، قالَ: أرأيتُم ما أنفقَ منذُ خلقَ السَّماواتِ، فإنَّهُ لم يغِضْ ما في يمينِهِ، وعرشُهُ على الماءِ، وبيدِهِ الأخرى الميزانُ يخفِضُ ويرفعُ
“Tangan kanan Ar-Rahman penuh dengan karunia yang tak akan pernah berkurang karena siang maupun malam. Tahukah kalian apa saja yang telah diberikan-Nya sejak diciptakannya langit dan bumi? Sesungguhnya dengan semua itu, karunia yang ada di tangan kananNya tidak berkurang. Dan ‘Arsy-Nya ada di atas air. Dan tangan-Nya yang lain terdapat timbangan yang terkadang naik dan terkadang turun” (HR. Al-Bukhari no. 4684, Muslim no. 993).
Hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
تَكُونُ الْأَرْضُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ خُبْزَةً وَاحِدَةً يَتَكَفَّؤُهَا الْجَبَّارُ بِيَدِهِ كَمَا يَكْفَأُ أَحَدُكُمْ خُبْزَتَهُ فِي السَّفَرِ نُزُلًا لِأَهْلِ الْجَنَّةِ
“Pada hari kiamat bumi bagaikan sekeping roti. Kemudian Allah Al Jabbar membolak-baliknya dengan tangan-Nya sebagaimana salah seorang di antara kalian bisa memutar-mutar rotinya dalam perjalanan safar. Untuk diberikan kepada para penghuni surga (di padang mahsyar)” (HR. Al-Bukhari no. 6520, Muslim no. 2793).
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَا تَصَدَّقَ أَحَدٌ بِصَدَقَةٍ مِنْ طَيِّبٍ، وَلَا يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ، إِلَّا أَخَذَهَا الرَّحْمَنُ بِيَمِينِهِ وَإِنْ كَانَتْ تَمْرَةً
“Tidaklah salah seorang dari kalian bersedekah dengan harta yang baik, dan memang Allah hanya menerima dari yang baik, kecuali pasti Allah Ar-Rahman akan mengambil sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya, walaupun berupa sebutir kurma” (HR. Al-Bukhari no. 1410, Muslim no. 1014).
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
احتجَّ آدمُ وموسى، فقال موسى: يا آدمُ، أنتَ أبونا، خيَّبْتَنا وأخرجْتَنا منَ الجنَّةِ، فقالَ لَهُ آدمُ: أنتَ موسَى، اصطفاكَ اللهُ بِكَلامِهِ، وخطَّ لَكَ بيدِه
“Nabi Adam pernah mengalahkan hujjah Nabi Musa. Nabi Musa mengatakan: Wahai Adam, engkau adalah bapak kami, engkau telah membuat kami sengsara dan telah membuat kami (manusia) dikeluarkan dari surga! Nabi Adam mengatakan: Engkau adalah Musa, Allah telah memilihmu untuk diajak bicara langsung, dan Allah telah menulis dengan tangan-Nya untukmu” (HR. Muslim no. 2652).
Hadits dari Abu Musa radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
إِن اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِالليْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ الليْلِ حَتى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
“Sungguh, Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di siang hari. Dan Allah membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di malam hari. Sampai matahari terbit dari barat” (HR. Muslim no. 2759).
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, yaitu hadits panjang tentang syafa’at, di dalamnya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
فيأتونَ آدمَ فيقولونَ: أنتَ أبو البشرِ، خلقَكَ اللَّهُ بيدِهِ ونفخَ فيكَ من روحِهِ، وأمرَ الملائِكةَ فسجدوا لَكَ، اشفع لنا إلى ربِّكَ
“Kemudian manusia mendatangi Nabi Adam, dan mengatakan: Wahai Adam, engkau adalah bapaknya para manusia. Allah ciptakan engkau langsung dengan tangan-Nya. Dan ditiupkan padamu ruh dari-Nya. Dan Allah memerintahkan para Malaikat untuk sujud kepadamu. Berikanlah kami syafa’at dari Rabb-mu” (HR. Al-Bukhari no. 4712, Muslim no. 194).
Hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, ia berkata:
جَاءَ حَبْرٌ إلى رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَقالَ: يا مُحَمَّدُ، إنَّ اللَّهَ يَضَعُ السَّمَاءَ علَى إصْبَعٍ، والأرْضَ علَى إصْبَعٍ، والجِبَالَ علَى إصْبَعٍ، والشَّجَرَ والأنْهَارَ علَى إصْبَعٍ، وسَائِرَ الخَلْقِ علَى إصْبَعٍ، ثُمَّ يقولُ بيَدِهِ: أنَا المَلِكُ، فَضَحِكَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ وقالَ: {وَما قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ} [الأنعام: 91].
“Datang seorang pendeta Yahudi kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Ia berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah akan meletakkan langit di satu jari-Nya, dan meletakkan bumi di satu jari-Nya, dan gunung-gunung semuanya di satu jari-Nya, dan pohon-pohon serta sungai-sungai semuanya di satu jari-Nya, dan seluruh makhluk-Nya diletakkan di satu jarinya. Kemudian Allah berisyarat dengan tangan-Nya sambil berfirman: Akulah Raja Diraja!”. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pun tertawa kemudian membacakan ayat: “Sungguh mereka (Ahluk Kitab) tidak menempatkan Allah sesuai dengan hak-Nya” (QS. Al-An’am: 91)” (HR. Al-Bukhari no. 7451, Muslim no. 2786).
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
يقبِضُ اللهُ الأرضَ، ويَطوي السَّماواتِ بيَمينِه، ثمَّ يقولُ: أنا الملِكُ، أين مُلوكُ الأرضِ؟
“Allah ta’ala mengenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya. Kemudian mengatakan: Aku adalah Raja Diraja! Dimana para raja dunia?” (HR. Al-Bukhari no. 4812, Muslim no. 2787).
Hadits Umar bin Khathab radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
إنَّ اللهَ عز وجل خلق آدمَ، ثم مسح ظهرَه بيمينِه، فاستخرج منه ذريةً
“Sesungguhnya Allah azza wa jalla menciptakan Adam. Kemudian Allah mengusap punggung Nabi Adam dengan tangan kanan-Nya. Kemudian keluarlah darinya anak keturunannya” (HR. Abu Daud no. 4703, At-Tirmidzi no. 3075, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi).
Hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ، وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ، الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
“Orang-orang yang adil (shalih) di sisi Allah akan berada di mimbar-mimbar dari cahaya di tangan kanan Allah azza wa jalla. Dan kedua tangan Allah adalah tangan kanan. Mereka adalah orang-orang yang berbuat keadilan dalam memutuskan hukum di antara mereka, di keluarga mereka dan kepada orang yang menjadi tanggungan mereka” (HR. Muslim no. 1827).
Hadits dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ شَيْءٍ خَلَقَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْقَلَمُ، وَأَخَذَهُ بِيَمِينِهِ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ
“Sesungguhnya yang pertama kali Allah ‘azza wa jalla ciptakan adalah al qalam (pena pencatat takdir). Kemudian Allah ambil pena itu dengan tangan kanan-Nya. Dan kedua tangan Allah adalah tangan kanan”. (HR. Al-Ajurri dalam Asy-Syari’ah no. 542, dishahihkan Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 3136).
Inilah beberapa dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang tegas menetapkan sifat tangan bagi Allah ta’ala. Dalil-dalil yang disebutkan di atas hanya sebagiannya saja, masih banyak dalil-dalil yang lainnya.
Kesepakatan Ulama
Akidah bahwa Allah ta’ala memiliki tangan yang mulia yang sesuai dengan keagungan Allah ta’ala dan tidak serupa dengan tangan makhluk, ini adalah akidah yang diyakini kesepakatan salafus shalih dan para ulama Ahlussunnah semuanya. Tanpa ada perselisihan di antara mereka.
Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullah mengatakan:
وأجمعوا على أنه عزَّ وجلَّ يسمع ويرى، وأنَّ له تعالى يدين مبسوطتين
“Para ulama sepakat bahwa Allah ‘azza wa jalla mendengar dan melihat. Dan Allah ta’ala memiliki dua tangan yang terbuka lebar” (Risalah ila Ahlits Tsughur, hal. 225).
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah juga mengatakan:
لله تبارك وتعالى أسماء وصفات جاء بها كتابه، وأخبر بها نبيه صلى الله عليه وسلم أمَّته…، وأن له يدين بقوله: ﴿بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ﴾، وأن له يمينًا بقوله: ﴿وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ﴾
“Allah tabaraka wa ta’ala memiliki nama-nama dan sifat-sifat sebagaimana yang ada dalam Al-Qur’an. Dan sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi-Nya shallallahu’alaihi wa sallam kepada umatnya … dan bahwa Allah ta’ala memiliki dua tangan. Sebagaimana firman-Nya (yang artinya) “Bahkan kedua tangan Allah terbuka lebar” (QS. Al-Maidah: 64), dan bahwasanya Allah memiliki tangan kanan, berdasarkan firman-Nya (yang artinya) “Langit digulung dengan tangan kanan-Nya” (QS. Az-Zumar: 67).” (Thabaqat Al-Hanabilah, 1/282).
Abu Bakar Al-Isma’ili rahimahullah mengatakan:
وخلق آدم عليه السلام بيده، ويداه مبسوطتان ينفق كيف يشاء، بلا اعتقاد كيف يداه، إذ لم ينطق كتاب الله تعالى فيه بكيف
“Allah menciptakan Nabi Adam ‘alaihissalam dengan tangan-Nya. Dan kedua tangan Allah terbuka lebar, Allah memberi rezeki kepada siapa pun yang Allah kehendaki. Tidak boleh mendeskripsikan detail-detail sifat kedua tangan Allah. Karena Allah tidak sebutkan di dalam Al-Qur’an tentang bagaimana detail-detail sifat tangan-Nya” (I’tiqad Aimmatil Hadits, hal. 51).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:
إنَّ لله تعالى يدين مختصتين به، ذاتيتين له، كما يليق بجلاله
“Sesungguhnya Allah ta’ala memiliki dua tangan yang khusus bagi-Nya, keduanya merupakan sifat dzatiyah bagi Allah, sebagaimana tangan yang layak bagi keagungan Allah” (Majmu’ Al-Fatawa, 6/263).
Kesimpulannya, wajib kita imani bahwa Allah ta’ala memiliki tangan yang mulia yang sesuai dengan keagungan Allah ta’ala dan tidak serupa dengan tangan makhluk. Dan menetapkan sifat ini tidaklah termasuk tasybih atau tajsim.
Wallahu a’lam, semoga Allah ta’ala memberi taufik.
Walhamdulillahi rabbil ‘alamin, wa sallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.
***
Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/42491-sifat-tangan-bagi-allah.html